Studi Terkait Hambatan Kepemilikan BPJS Kesehatan pada Komunitas Gay dan Waria di Surabaya

Dokumen ini merupakan laporan dari penelitian yang dilakukan sepanjang Maret sampai dengan Juli 2020 untuk mengetahui hambatan apa saja kelompok gay dan waria hadapi dalam memiliki BPJS Kesehatan.

Ada anggapan bahwa antara lain karena mobilitas sebagian anggota komunitas yang tinggi, kepemilikan BPJS Kesehatan memiliki hambatan yang cukup sulit. Hal ini diduga dikarenakan keberadaan sebagai perantau disuatu kabupaten/kota.

Dengan tidak memiliki BPJS Kesehatan, maka sulit pula untuk mengakses layanan kesehatan secara gratis. Kesulitan biaya menjadi kendala utama komunitas saat melakukan pemeriksaan maupun pengobatan di puskesmas maupun rumah sakit.

Salah satu persyaratan dalam mengurus BPJS Kesehatan adalah dimilikinya kartu tanda penduduk (KTP) dan kartu keluarga (KK) pemohon. Ditengarai bahwa kebanyakan dari anggota komunitas yang tidak memiliki BPJS Kesehatan disebabkan karena tidak adanya KTP maupun KK.

Klik di sini untuk mengunduh dokumen.

Laporan Pendokumentasian Kasus Kekerasan Bebasis SOGIESC dan Stigma & Disriminasi Dari Layanan Kesehatan

Pendokumentasian adalah sebuah kerja yang penting untuk organisasi berbasis komunitas. Melalui pendokumentasian ini kita dapat menelusuri bagaimana situasi sosial politik komunitas yang kadang terlupakan dengan berlalu begitu saja bersama waktu. Laporan pendokumentasian merupakan hasil kerjasama delapan organisasi yang berasal dari wilayah berbeda-beda yang masing-masing bekerja untuk komunitas dampingannya. Laporan ini mencoba merekam kondisi- kondisi dilapangan yang dihadapi oleh komunitas dampingan dan para pendamping layanan kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan HIV/AIDS.

Kisah-kisah yang disampaikan dalam laporan pendokumentasian ini hanyalah sebagian kecil dari lautan kisah-kisah serupa tentang perlakuan diskriminasi, kekerasan, stigma dan marginalisasi yang berbasis SOGIESC. Dan tentunya masih ada kisah lainnya yang tidak sempat dan dapat terekam dalam laporan kami. Kami menyadari tidak semua kelompok dampingan kami mampu menceritakan pengalaman traumatis mereka apalagi yang berkaitan dengan SOGIES karena ketakutan dan masih ada yang belum selesai dengan konflik internal yang mereka alami. Juga pendokumentasian ini membutuhkan skill yang bukan saja soal bagaimana mendokumentasikannya tetapi juga kemampuan sebagai “konselor” disaat pendamping membutuhkan ruang katarsis untuk menyampaikan kisah dan kekuatirannya serta ‘merekam’ kisah mereka. Kisah-kisah ini adalah kisah sehari-hari yang dihadapi oleh kelompok kunci dengan kompleksitas keragamanannya masing-masing.

Kisah-kisah ini masih memperlihatkan bahwa situasi HAM pada kelompok yang rentan dengan HIV/AIDS mengalami double stigma bila dikaitkan dengan orintasi seksual non-normative dan identitas non-cisgender serta perempuan yang dianggap lebih lemah dari laki-laki. Persoalan ini masih membayangi kehidupan sehari-hari kelompok dampingan.

Pendokumentasian ini didukung oleh PITCH Indonesia untuk kerjasama organisasi- organisasi yang bekerja untuk penanggulangan HIV/AIDS dikelompok-kelompok yang berbeda- beda yaitu perempuan, laki-laki, transpuan dan orientasi seksual yang beragam. Adapun organisasi tersebut adalahGAYa NUSANTARA, Empowerment and Justice Action, Yayasan Kesehatan Bali, Gaya Dewata, Puzzle Indonesia, Organisasi Perubahan Sosial Indonesia (OPSI), Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI) dan Inti Muda Nasional

Pada akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada PITCH Indonesia yang mendukung kerjasama semua lembaga yang terlihat dalam pendokumentasian ini.

Klik di sini untuk mengunduh laporan ini.

Membunuh Binerisme Gender

Kumpulan Resensi atas Buklet Tafsir Progresif Islam Kristen terhadap Keragaman Gender dan Seksualitas: Panduan Memahami Tubuh dan Tuhan.

Klik di sini untuk mengunduh bukunya