Upaya Negara Menjamin Hak-Hak Kelompok Minoritas di Indonesia (Sebuah Laporan Awal) merupakan laporan yang dibuat oleh Komnas HAM dengan dukungan dan kerjasama dari The Asia Foundation mengenai apa yang telah dilakukan Negara Indonesia dalam menjamin hak-hak kelompok minoritas di Indonesia.
PRIDE at work adalah sebuah studi mengenai diskriminasi di tempat kerja berdasarkan orientasi seksual dan identitas gender di Indonesia. Laporan ini didasarkan pada penelitian yang dilaksanakan oleh Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada atas nama ILO pada tahun 2014.
Sesudah Lambda Indonesia berdiri pada tanggal 1 Maret 1982, pada tanggal 13 Januari 1985 berdirilah Persaudaraan Gay Yogyakarta (PGY), dengan terbitannya majalah Jaka. Majalah ini terbit hingga 1988. PGY sendiri pada tahun itu berubah menjadi Indonesian Gay Society (IGS). Jaka sempat terbit 18 edisi, kemudian dilanjutkan dengan Jaka-Jaka.
Jurnal Gandrung adalah jurnal kajian seksualitas kritis. Dalam ancangan ini seksualitas dan gender dipandang sebagai beraneka ragam dan dikonstruksi secara sosial-budaya. Seksualitas, yang dipahami sebagai bagian integral kepribadian setiap manusia, dikaji dari pinggir atau tepi untuk memahami pusat atau tengah yang ternyata berkemungkinan lain dari yang dipahami secara konvensional, apalagi normatif. Seksualitas, termasuk kesehatan dan kesejahteraan serta hak seksual dan reproduksi, disadari terkonstruksi dalam interaksi antara individu dan struktur sosial seperti ekonomi, nasion dan negara, hukum dan HAM, media, budaya, sejarah, dan system kepercayaan, ideologi dan fundamentalisme. Continue reading “Koleksi Jurnal Gandrung”→
Modul Program “GAY KEREEEN: Gay yang Pede, Berani, Sehat dan Ceria” ini bertujuan untuk memberdayakan orang-orang gay dengan cara bermain tapi juga serius belajar.
Didasarkan pada modul asalnya dari Australia, “Gay Now!” yang banyak digunakan pada tahun 1990-an, versi Indonesia ini awalnya diterjemahkan oleh Marcel Latuihamallo (IPOOS, Jakarta), kemudian disunting oleh sebuah tim dari GAYa NUSANTARA yang terdiri dari Ahmad Zainul “Inung” Hamdi, Poedjiati Tan, Sardjono Sigit dan Rafael Hendrikus “Vera Cruz” Da Costa, di bawah koordinasi Dédé Oetomo dengan bantuan Nur Agustinus dan Tonny.
Para aktivis gay dipersilakan menggunakan dan mengunduh modul ini, dengan permohonan agar memberitahu kami melalui email, dapat dengan komentar dan kritik.
Ketika mempersiapkan pendirian Lambda Indonesia pada awal 1980-an, Dédé Oetomo menuliskan pikiran-pikiran dan visinya tentang suatu Indonesia di mana orang gay (waktu itu belum ada akronim LGBTIQ) dapat hidup dengan sejahtera dan setara dengan orang lain.
Atas jasa baik Penasihat GAYa NUSANTARA, Tom Boellstorff, kami unggah makalah itu untuk bahan pemikiran kita sekarang.
Dokumen ini merupakan hasil analisa dari kegiatan baseline study tentang stigma dan diskriminasi di masyarakat terhadap LGBT yang dilakukan melalui proses focus groupdiscussion (FGD) bersama dengan masyarakat yang berada pada 5 kota besar di Indonesia: Yogyakarta, Semarang, Bandung, Jakarta, dan Surabaya.
Tujuan dari study ini adalah untuk memperkuat program advokasi jaringan nasional GWL-INA melalui pengidentifikasian pandangan masyarakat, baik terhadap komunitas LGBT maupun terhadap stigma dan diskriminasi pada komunitas LGBT, serta mengembangkan program bagi GWL-INA untuk mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap komunitas LGBT.
Di bawah ini merupakan hasil serta pembahasan yang meliputi karakteristik subjek penelitian, pemahaman masyarakat mengenai HAM, pemahaman dan pengalaman masyarakat terhadap komunitas LGBT, serta pandangan masyarakat terhadap HAM pada komunitas LGBT.
Klik disini untuk melihat hasil laporan ini secara online. Silahkan menghubungi kami jika ingin mengunduh laporannya.
Klik gambar untuk mengunduh, 2.1MBKlik gambar untuk mengunduh, 2.4MB
Being LGBTI in Asia atau Menjadi LGBTI di Asia adalah program regional yang bertujuan untuk mengurangi ketimpangan dan marginalisasi atas dasar orientasi seksual dan identitas gender (SOGI).
Program ini merupakan kerjasama dengan masyarakat sipil, dan mengikutsertakan lembaga-lembaga nasional dan regional untuk memajukan hukum protektif dan kebijakan-kebijakan, serta memberdayakan masyarakat sipil. Program ini mendukung kebijakan dan penelitian operasional, dan pengembangan strategi antara kelompok-kelompok rentan dan berbagai pemangku kepentingan utama di tingkat nasional dan regional.
Program ini mengakui bahwa populasi LGBTI tertentu, termasuk lesbian, gay, waria, priawan dan interseks, menghadapi berbagai pengalaman tergantung pada identitas dan ekspresi gender, serta konteks sosial budaya mereka yang beragam.
Laporan ini mengulas lingkungan hukum dan sosial yang dihadapi kelompok lesbian, gay, biseksual, waria, priawan dan interseks (LGBTI) di Indonesia. Laporan ini merupakan hasil Dialog Komunitas LGBT Nasional Indonesia yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, Indonesia pada bulan Juni 2013. Dialog menghadirkan 71 peserta dari 49 lembaga yang mewakili keseluruhan keragaman organisasi LGBT di Indonesia, di samping wakil-wakil pemerintah pusat, lembaga hak asasi nasional, lembaga donor, perguruan tinggi, lembaga nonpemerintah untuk hak asasi manusia, organisasi bantuan hukum dan organisasi masyarakat madani, serta beberapa tokoh agama. Dialog diselenggarakan oleh United Nations Development Programme (UNDP) bersama United States Agency for International Development (USAID) sebagai mitra kerja.
Saat gerakan gay Indonesia mulai dengan berdirinya Lambda Indonesia, kawan2 gay, lesbian dan trans di Australia, yang a.l. aktif dalam menerbitkan Gay Community News, menyambut kita dengan hangat dan penuh semangat. Di antara mereka, Mbak Helen Pausacker sampai sekarang masih berhubungan dengan kita di GAYa NUSANTARA, dan menjadi salah satu penasihat kita. Helen dkk. mengumpulkan kliping yang kita kumpulkan sebagai kerja Lambda Indonesia, dan menerjemahkannya sebagai Gays in Indonesia (1984).