[English below]

Kami Pengurus Yayasan GAYa NUSANTARA, sebagai anggota Coalition for Sexual and Bodily Rights in Muslim Societies (CSBR, www.csbronline.org), dengan ini mohon maaf sedalam-dalamnya atas pembatalan mendadak acara One Day One Struggle 2016 berupa pemutaran film “Calalai: In-Betweenness” dan diskusi tentang Islam Nusantara dan keberagaman gender dan seksualitas, yang sedianya akan digelar di Auditorium Institut Français Indonesia (IFI) Surabaya pada malam hari tgl 16 November 2016. Kami mohon maaf kepada kawan-kawan yang tidak sempat kami beritahu tentang pembatalan ini, dan kepada Sdr. Aan Anshori, yang rencananya akanmembahas film itu dari kerangka Islam Nusantara.

Pada hari berlangsungnya acara, kami mendapat informasi bahwa kelompok-kelompok intoleran garis keras mengetahui acara ini dan ada kemungkinan akan mengganggu pemutaran film. Mengetahui kabar ini, pihak-pihak penyelenggara bertemu dan memutuskan untuk membatalkan acara.

Pengurus GAYa NUSANTARA tentu saja sangat kecewa dan terganggu karena untuk kesekian kalinya kebebasan berekspresi, kebebasan berkumpul, kebebasan menuntut ilmu tidak dilindungi. Peristiwa ini membuat kami mempertanyakan kesungguhan untuk melindungi LGBT dan kaum minoritas lainnya


We, the Board of GAYa NUSANTARA Foundation, a member of the Coalition for Sexual and Bodily Rights in Muslim Societies (CSBR, www.csbronline.org), hereby apologize profusely over the sudden cancellation of the event One Day One Struggle in 2016 in the form of the film “Calalai: In-Betweenness”and a discussion about Islam Nusantara and diversity of gender and sexuality, which was originally to be held in the Auditorium of Institut Français Indonesia (IFI) Surabaya in the evening of 16 November 2016. We apologize to the friends whom we were not able to tell about this cancellation, to Aan Anshori, who was scheduled to discuss the film from an Islam Nusantara framework.

The day of the event, we were informed that some extremist groups were aware of the event and may disturb the screening. Following that news, the parties involved decided to gather and cancel the event.

The Board of GAYa NUSANTARA is of course very disappointed and disturbed that freedom of expression, freedom of assembly, and freedom of information have not been respected for the umpteenth time. This raises questions about the true willingness to protect LGBT and other minorities.