Beberapa waktu lalu kami dikenalkan oleh seorang teman asli Surabaya tapi tinggal di Amerika ke seorang anak remaja yang sedang dalam proses mencari informasi tentang ke-gay-annya. Anak ini sangat berbeda dari anak seumurannya. Dari gaya chat-nya melalui Line terlihat bahwa anak ini penuh dengan rasa ingin tahu dan sudah banyak membaca tentang isu seksualitas. Yang membuat kami merasa bangga adalah dia sudah terbuka ke semua teman termasuk guru sekolahnya.
Ada cerita yang cukup lucu terjadi setelah kami memberikan buku berjudul
Coming Out karya
Hendri Yulius ke anak ini. Bukunya diletakkan begitu saja di dalam rumah dan tidak sengaja dibaca oleh Ibunya, padahal kami sudah mewanti-wanti untuk berhati-hati agar bukunya tidak dibaca oleh orang lain. Bukannya kami tidak ingin dia terbuka kepada keluarganya, tapi mengingat dia masih sangat muda dan masih bergantung secara ekonomi ke keluarga, khawatirnya proses pencarian jati dirinya akan terhalang. Alhasil, sekarang Ibunya sudah mengetahui dan menerima orientasi seksual anaknya.
Dari pengalaman kami itu, kami jadi teringat dengan salah satu artikel yang berjudul Surat Seorang Gay kepada Ibu-ibu Indonesia di buku Memberi Suara pada yang Bisu karya Dede Oetomo.
Berikut kutipannya:
SURAT SEORANG GAY
KEPADA IBU-IBU Dl INDONESIA
Ibu-ibu yang tercinta.
Rasanya telah lama saya ingin berbicara dari hati ke hati dengan Ibu-ibu. Saya ingin berbicara sebagai seorang anak kepada ibunya yang dicintainya. Sebagai seorang anak yang menganggap tugas seorang ibu mendidik anaknya adalah tugas yang teramat suci dan mulia. Dengan makin berkembangnya dunia tempat kita hidup ini, tugas suci dan mulia itu makin lama makin rumit, karena perkembangan berarti perubahan, baik yang lambat maupun yang mendadak. Hal-hal yang sebelumnya dianggap mapan dan mantap tiba-tiba tergoyah dan tergoncang. Dan terbukalah kemungkinan-kemungkinan baru, yang bisa membawa kesempatan emas, namun kadang-kadang juga bisa membawa malapetaka kalau kita tidak bersikap hati-hati. Lanjutkan membaca “Surat Seorang Gay kepada Ibu-Ibu di Indonesia” →